SECANG 085655345017 , Mari mengenal tumbuhan secang secara dekat
Secang atau sepang (Caesalpinia sappan L.) adalah perdu
anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu)
dan kayunya sebagai komoditas perdagangan rempah-rempah.
Asal usul tumbuhan ini tidak diketahui dengan pasti, namun telah sejak lama dibudidayakan orang di wilayah India, Asia Tenggara, Malesia, hingga Pasifik, terutama sebagai penghasil bahan pewarna dan juga bahan obat tradisional. Ia dikenal dengan berbagai nama, seperti seupeuĕng (Aceh); sepang (Gayo); sopang (Toba); sapang, cacang (Mink.); sĕpang, sĕcang (Btw.); sĕcang (Sd.); kayu secang, soga jawa (Jw.); kajo sècang (Md.); cang (Bl.); sĕpang (Sas.); supa, supang (Bm.); sapang (Mak.); sĕpang (Bug.); sèpè (Rote), sèpèl (Timor), hapé (Sawu), hong (Alor); sèfèn (Weda), sawala, singiang, sinyianga, hinianga (aneka dialek di Maluku Utara), sunyiha (Ternate), roro (Tidore); sema (Man.), naga, pasa, dolo (aneka dialek di Sulawesi Utara).[5] Dalam bahasa asing dikenal sebagai sappanwood (Ingg.), dan suou (Jp.).
Kerabat dekatnya yang berasal dari Amerika Selatan, kayu brazil atau brezel (C. echinata), juga dimanfaatkan untuk hal yang sama.
Asal usul tumbuhan ini tidak diketahui dengan pasti, akan
tetapi ada pula yang memperkirakan bahwa secang berasal dari wilayah sekitar
India tengah, ke timur hingga Cina selatan, dan ke selatan hingga Semenanjung
Malaya. Di kawasan Asia Tenggara dan
Nusantara, tumbuhan ini telah lama dibudidayakan orang, bahkan sebagiannya
telah meliar kembali di alam. Di Afrika tumbuhan ini tercatat didapati di
Nigeria, Kongo, Uganda, Tanzania, Reunion, Mauritius, dan Afrika Selatan.
Secang kebanyakan tumbuh alami pada lahan-lahan yang berlereng. Tidak tahan terhadap penggenangan, tanaman ini tumbuh pada tanah-tanah yang berliat atau berbatu kapur, atau adakalanya di tanah berpasir dekat sungai.
MANFAAT
·
Pewarna
Sebagaimana kayu brazil, kayu
sepang terutama dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna: makanan, pakaian,
anyam-anyaman, dan barang-barang lain. Rumphius mencatat bahwa "Lignum
Sappan" ini pada masa lalu ditanam orang hampir di semua pulau di
Nusantara. Kayu ini menjadi komoditas
perdagangan antar bangsa hingga penghujung abad ke-19; setelah itu nilainya
terus menurun akibat persaingan dengan bahan pewarna sintetik, dan kini hanya
menjadi barang perdagangan di dalam negeri.
·
Bahan
obat
Kayu secang memiliki khasiat
sebagai pengelat (astringensia). Kandungan utamanya adalah brazilin, yakni zat
warna merah-sappan, asam tanat, dan asam galat. Simplisia kayu secang berupa
irisan atau keping-keping kecil kayu ini dikenal sebagai Sappan lignum dalam
sediaan FMSo (Formularium Medicamentorum Soloensis).
Brazilin dari kayu secang teruji secara ilmiah bersifat
antioksidan, antibakteri, anti-inflamasi, anti-photoaging, hypoglycemic
(menurunkan kadar gula darah), vasorelaxant (merelaksasi pembuluh darah),
hepatoprotective (melindungi hati) dan anti-acne (anti jerawat). Ekstrak kayu
secang juga ditengarai berkhasiat anti-tumor, anti-virus, immunostimulant dan
lain-lain.
Secara tradisional, potongan-potongan kayu secang biasa
digunakan sebagai campuran bahan jamu di Jawa. Di samping itu, kayu secang
adalah salah satu bahan pembuatan minuman penyegar khas Yogyakarta selatan
(wedang secang dan wedang uwuh).
·
Lain-lain
Karena kekuatan, keawetan, dan keindahan warnanya, kayu
secang juga dimanfaatkan dalam pembuatan perkakas rumah tangga. Hanya, karena
tidak ada eksemplar kayu yang berukuran cukup besar dan panjang, kayu ini
melulu digunakan untuk pembuatan perkakas kecil-kecil, kayu lis dan pigura,
pasak dan paku kayu dalam pembuatan perahu, dan lain-lain.
Perdu secang yang banyak berduri biasa digunakan sebagai tanaman pagar di lahan-lahan hutan jati di Jawa.
Sumber : Wikipedia
Komentar
Posting Komentar